Sunrays

Blogger Template by ThemeLib.com

Presentasi Ketiga Ekologi Tumbuhan

Published by Martina Kurniarum under on 10.24
Kelompok 5
Lingkungan Biotik dan Abiotik
Faktor Edafik Tanah, Topografi, serta Faktor Lingkungan Biotik dan Interaksinya


Kelompok ini membuat slide PPT dengan tata letak dan gambar yang bagus tetapi penggabungan warnanya kurang tepat.

Pertanyaan pertama yaitu bagaimana struktur tanah yang baik bagi lahan pertanian dan apa saja kandungannya. Pemateri menjawab bahwa tanah humus adalah tanah yang baik untuk pertanian namun ketika ada sanggahan dari salah satu peserta diskusi yang beranggapan bahwa tanah vulkaniklah yang paling bagus bagi pertanian, pemateri mengubah jawab menjadi tanah vulkanik menjadi tanah yang paling cocok bagi lahan pertanian. Pemateri tidak konsisten. Saya berpikir bukankah semua yang berhubungan dengan individu atau satu oraganisme jawabannya akan mengacu pada individu masing-masing. Sebelum saya sempat menanggapi, Pak Husamah selaku dosen Ekologi Tumbuhan mengoreksi jawaban yang kira-kira sama seperti apa yang saya pikirkan yaitu tanah yang baik bagi lahan pertanian adalah tanah yang sesuai dengan kriteria tanaman yang akan ditanam. Apabila yang ditanam adalah kaktus ya tanah berpasir dan keringlah yang cocok. Apabila ingin menanam padi maka tanah berlumpurlah yang paling cocok.

Pertanyaan kedua menanyakan apakah faktor yang membedakan berbagai jenis tanah. Pemateri menjawab bahwa hal yang mempengaruhi perbedaan jenis tanah adalah suhu, dan kelembapan kemudian ditambahkan oleh Pak Husamah yaitu tanah dipengaruhi berdasarkan sejarah dan komposisi tanah itu sendiri.

Pertanyaan ketiga menanyakan apakah unsur hara dapat berkurang atau hilang. Tentu saja bisa. Pak Husamah menjawab, tentu saja unsur hara pada tanah bisa berkurang oleh sebab itu para petani memberikan pupuk untuk tanaman agar unsur haranya tetap mencukupi kebutuhan tanaman.

Diskusi hari ini mendapat banyak tambahan oleh Bapak Husamah selaku dosen mata kuliah Ekologi Tumbuhan. Materi yang disampaikan pemateri saya anggap kurang menarik, begitu pula pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan.




TUNGGUL WULUNG dan SERULING SEKTI

Published by Martina Kurniarum under on 10.10
Minggu, 11 Desember 2011


Pagi ini adalah hari minggu, dimana biasanya orang-orang melakukan kegiatan gembira karena minggu merupakan akhir pekan. Tetapi ini entah ke berapa kali-nya saya mengabiskan hari minggu dengan berbagai macam kegiatan, termasuk hari sabtu. Saya sengaja dan juga memang disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang ada, karena kegiatan ini saya gunakan untuk berburu pengalaman, berbagi, mencari kawan baru, dan menyingkirkan sepi. 

Sehari sebelum hari ini, saya melihat suatu pesta rakyat semacam pesta desa yang dilakukan setelah bersih desa bersama-sama dan menanam pohon di pertigaan dekat STIKES Maharani, saya tidak mengenali nama jalan tersebut atau anggap saja saya belum pernah tahu. Biasanya di jalan tersebut saya  dan Mas saya tersayang, gemar kuliner jajan tradisional berupa 'pukis licek' (licek:kecil, bahasa kebalikan Malang). Selama kurang lebih 2 semester saya berulang kali melewati jalan tersebut dan saya mulai sadar bahwa desa yang saya lewati ternyata desa yang luar biasa. Ya, Kelurahan Tunggu Wulung. Beberapa minggu sebelum hari ini, warga desa kelurahan Tunggul Wulung melakukan bersih desa dan menanam pohon (turut serta dalam program nasional 'Menanam Satu Milyar Pohon'). Saya sangat ingin berpartisipasi dalam kegiatan tersebut tetapi malu karena tidak ada yang saya kenal. Dalam pikiran dan hati saya, warga desa Tunggul Wulung adalah warga yang kompak dalam bergotong royong, ya seperti cerita gotong royong di dalam buku PPKN saya sewaktu SD. Kekaguman masih berlanjut.

Hari ini pukul 8 pagi saya telah sampai di Konservasi Kampung Jawa, Kampus III, Universitas Muhammadiyah Malang untuk mendampingi wisata kampus. Ternyata wisata kampus pada hari itu dibatalkan oleh sesuatu alasan. Akhirnya saya dan beberapa teman saya menghabiskan waktu dengan mendengarkan lagu-lagu campursari nyanyian Didi Kempot, pagi yang indah, sejuk, dan damai. Tidak lama setelah itu, kami mendapat kunjungan dari Ibu rektor dan dua anaknya. Ibu rektor baru saja selesai menemani anak-anaknya latihan sepakbola di lapangan sepakbola UMM yang terletak di depan Arboretum. Saya dan part time PSLK (Pusat Studi Lingkungan Hidup dan Kependudukan) sekaligus anggota TEB (Tim Ekspedisi Biokonservasi) yang akrab saya panggil Mas Bee akhirnya mendampingi Ibu rektor beserta kedua anaknya untuk berkeliling Konservasi Kampung Jawa. Kami berjalan menuju rumah tradisional Jawa, Rumah Pohon, memberi makan ayam mutiara, kijang, burung merak, dan burung dara. Kemudian kami memanen selada organik dari Green House tradisional Jawa. Hal yang paling lucu terjadi ketika anak dari ibu rektor yang bernama Seno mendapat 3 ekor ikan dari hasil  memancing yang rencananya akan ditempatkan di aquarium sedangkan  Zidane tidak mau memancing karena ia takut cacing, mengapa ia takut cacing? haha ternyata karena katanya cacing tidak mempunyai mata sehingga menjijikan. Ada-ada saja.




Jam 11 saya meninggallkan Arboretum Konservasi Kampung Jawa menuju lapangan futsal dekat Rusunawa dengan berjalan kaki sendirian untuk mengambil beberapa gambar guna dokumentasi Kajur Cup HIMABIO UMM. Saya menjabat koordinator seksi jeprat-jepret, jadi ya begini bolak balik. Lumayan seru lah. Setelah pukul 12 siang kurang 15 menit saya melaju ke Stadion Bulutangkis Indoor Mahkota Wulung, Kelurahan Tunggul Wulung. Saya menjadi delegasi dalam mengikuti lomba bulutangkis sekaligus tukang jeprat-jepret plus tukang sapu stadion juga. Sebelum tanding dan sesudah bertanding saya mengambil beberapa gambar. Suasana di dalam stadion semakin siang, semakin banyak orang,  semakin sumpek pula. badan saya terasa lelah dan kepala saya sedikit pusing. Saya memerlukan suatu escaping untuk beberapa saat. Lagipula tanggungjawab telah selesai.


Gema dan ramainya pesta rakyat di belakang panggung menggelitik saya untuk melihat sedari saya datang ke stadion. Suara ramai itu berasal dari lapangan luas di belakang stadion. Kemudian saya keluar dan pergi ke lapangan dengan teman saya yang akrab saya panggil 'Ren'. Kami memang sering melakukan hal gila. Kami membeli 'es tong tong' dan kemudian mendekati kerumunan orang-orang. Kami penasaran dengan apa yang mereka lihat. Ternyata kerumunan tersebut bersumber pada Kesenian Kuda Lumping (Jaranan, Bahasa Jawa). Sudah sangat lama sekali saya tidak menonton pertunjukkan kuda lumping semenjak Taman Kanak-kanak ketika saya tinggal di Kencong, Jember, dan hari ini seperti sebuah nostalgia. Saya senang bukan kepalang. Kesenangan saya terhadap kuda lumping sejak kecil membuat saya dan juga teman saya menembus kerumunan dan duduk 'ngemper' bersama anak-anak kecil di depan, tempat paling top. Tanpa kami sadari kami belum melepas ID Card panitia Kajur Cup, kami malu kemudian melepasnya ketika ada seorang bapak berkata "loh mbak-mbaknya panitia kok disini". Suara gamelan dikombinasikan dengan sedikit musik dangdut dan merdunya suara sinden membuat lengkap harmonis pertunjukan Kuda Lumping. Nama sanggar seni Kuda Lumping tersebut adalah "SERULING SEKTI". Nama yang bagus, kata 'Sekti' sengaja ditulis dengan ejaan jawa bukan 'sakti' seperti sesuai EYD, menurut saya penulisan itu terbaca lebih eksotis -hehehe, lebay-. Kami mengikuti pertunjukkan hingga akhir. Semua rasa lelah terbayar lebih dengan melihat pertunjukkan kuda lumping. Pertunjukan usai kira-kira pukul setengah lima sore tetapi masih menyisakan beberapa orang yang kesurupan hingga kira-kira setengah enam sore. Kami berdua masih juga belum beranjak dari lapangan, kami masih duduk 'ngemper' di tengah orang-orang yang hillir mudik hendak pulang. Sesekali kami memandang lekat bendera merah putih yang berkibar gagah dan baleho besar bergambar Bapak Presiden sedang memegang cangkul hendak menanam bibit pohon dengan tulisan diatasnya "Menanam 1 Milyar Pohon" serta juga satu kalimat ampuh yang menggetarkan rasa nasionalisme di atas panggung yaitu "Ajining Negoro Soko Budoyo" (artinya : Hebatnya Negara Berasal dari Budayanya). Ketika kami sedang nyaman-nyamannya menikmati senja, seorang anak kecil laki-laki dengan umur kira-kira 3 tahun berambut hitam yang tak terlalu lebat menggunakan setelah celana jean panjang dan kemeja garis  abu-abu biru dengan tiba-tiba manja di pangkuanku sambil memperagakan gaya pemain Kuda Lumping sedang kalap dan juga menari lincah di depan kami dengan tangan yang ditekuk pada bagian pinggulnya dan kaki yang dihentak-hentakkan. Ibu dari adik tersebut hanya tersenyum manis kepada kami. Ia tak berhenti menari dan manja di pangkuan kami sampai ibunya mengajaknya pulang. Adik yang sangat lucu dan cerdas, bagaimana tidak ia hampir hapal semua gerakan tarian Kuda Lumping yang tadi dilakukan oleh punggawa Seruling Sekti. Barangkali dulu ketika aku masih seumur adik itu, aku juga melakukan hal yang sama. Senang sekali melihat dan merasakan budaya tradisional masih mempunyai the next generation seperti adik tersebut. Senja mulai mendekati malam, kami berdua melakukan obrolan-obrolan ringan mengenai tugas-tugas kampus hingga penampilan punggawa Seruling Sakti. Ketika mereka hilir mudik di depan kami, kami mengamati wajah mereka berbeda ketika di make-up dan tidak. Sesekali kami mengamati cara mereka bersusah payah menyembuhkan orang-orang yang kesurupan dan juga saat mereka kelelahan tetapi masih dapat bersenda gurau dengan teman-temannya. Di umur mereka yang mungkin tidak terpaut jauh dari kami, mereka masih meluangkan menjadi lakon pemain Kuda Lumping di sela waktu-waktu sekolah atau mungkin kerjanya, tidak merasa ketinggalan zaman atau bahkan bangga dengan apa yang mereka lakukan. Andai saja semua generasi muda Indonesia masih memiliki rasa cinta Indonesia yang begitu kuat seperti mereka pasti Indonesia bisa menjadi Negara Terdepan. Namun, kenyataannya generasi muda Indonesia masih terlalu mengagung-agungkan budaya barat dan yang lebih up-date lagi yaitu budaya Asia namun bukan Indonesia tetapi Korea.





INDONESIA itu MENARIK
INDONESIA itu PENUH PENGORBANAN
INDONESIA itu EKSOTIS
INDONESIA itu MAGIS
dan
INDONESIA itu MEMPESONA
(dedicated to SS)


Manurut saya, SERULING SEKTI itu lebih mboiz daripada SUJU.
-no reken protes-


INDONESIA SAMPE KETAM

Selamat Hari HAM Internasional, Selamat Mimpi Indah

Published by Martina Kurniarum under on 21.52


Hari ini, 10 Desember 2011 adalah Hari HAM Internasional. Saya baru saja mengetahui adanya Hari HAM Internasional pada hari ini, karena ada salah satu temen facebook sayang yang mem-posting mengenai hal ini. Dalam hati saya mengatakan "Alhamdulillah, kita-kita bisa bermimpi sehari". Ya, bermimpi. Di setiap tanggal 10 Desember dalam hitungannya 24 jam (baca:sehari) setidaknya kita bisa turun ke jalan dan berteriak-teriak seperti orang gila atau berpanas-panasan long march menyanyikan lagu keadilan keliling bundaran HI atau bahkan membuat  limited edition barbeque  di depan Istana Negara seperti yang dilakukan oleh saudara kita, Sondang Hutagalung -gilak stadium akhir nafas-. Dan kemudian, besok di pengadilan A maling sandal divonis hukuman 5 tahun, di pengadilan B koruptor dinyatakan bebas sebebas bebasnya.



Maling semangka
Terbekap jeruji
Maling negara
Feel so free




Mari menundukkan kepala dalam hati -pre memory-. 







Karena Malam Akan Bungkam Untukku

Published by Martina Kurniarum under on 07.41



Pagi kini menghempaskan
Meletakkan sebuah raga di antara kaburnya mentari
Seperti aku telah mendosakan penantian
Tak apa lecut aku
Hukum dengan keheningan
Bekap dengan kesepian
Tusuk semaumu dengan angkuhmu
Jauhi dengan sejauh pelarianmu

Tak apa
Sekali lagi tak apa

Malam akan bungkam untukku
Karena mereka lebih mengerti

Presentasi Kedua Ekologi Tumbuhan

Published by Martina Kurniarum under on 18.38
Kelompok 3
Lingkungan Biotik dan Abiotik
Cahaya dan Suhu


Slide yang ditampilkan oleh pemateri semua mengenai semua pengertian, baik cahaya maupun suhu, sangat bersifat general. Pemateri menjelaskan bahwa cahaya dan suhu adalah bagian paling penting bagi makhluk hidup. Saya jadi berpikir jika semua pengertian hanya berisi 'merupakan hal yang penting bagi kehidupan makluk hidup' maka pemateri tidak memuat sebuah informasi 'yang tidak penting' dalam pengertian yang disampaikan.

Pada sesi tanya jawab salah satu peserta diskusi ada yang menanyakan mengapa warna tanah berbeda-beda dan apakah perbedaa tersebut berpengaruh terhadap kesuburan. Kemudian pemateri menjawab jika warna tanah gelap lebih mudah menyerap cahaya matahari sedangkan tanah yang berwarna terang tidak. Sebentar. Pada saat itu otak saya menghubungkan sifat tanah dan kain pada pakaian, dan setelah saya cerna, keduanya tidak dapat disamakan walaupun keduanya sama-sama benda abiotik. Menurut saya berdasarkan pengalaman di lapangan pada saat praktikum ekologi tumbuhan dengan bab kelembapan tanah menunjukkan bahwa tanah yang berrwarna gelap sebagian besar ternaungi, bagaimana bisa tanah yang berwarna gelap mudah menyerap sinar matahari sedangkan mereka ternanungi. Jawaban pemateri saya anggap tidak benar. Kemudian salah satu peserta diskusi menenyakan hal bagaimana keadaan pertumbuhan pohon apel pada daerah sejuk  seperti di daerah BAatu dan pada daerah dengan suhu sedang seperti di Riau. Tentu saja hasilnya berbeda, menurut saya setiap makhluk hidup itu unik bahkan mereka punya spesifikasi tersendiri untuk kehidupannya begitu pula pohon apel. Jawaban yang disampaikan peateri cukup bagus, ia menjelaskan bahwa jika pohon apel yang biasanya hidup di daerah sejuk akan mengalami beberapa gangguan pertumbuhan jika ditanam di daerah yang bersuhu tinggi. Jawaban ditambahkan oleh salah satu peserta diskusi yang menjelaskan bahwa dulu di kota Batu berat buah apel yang sehat dapat mencapai berat setengah kilogram per buah. Wow saya baru tahu hal tersebut, mengejutkan. Salah satu peserta diskusi kemudian menambahkan Berat apel di kota Batu dari tahun ke tahun semakin berkurang dikarenakan penggunaan pestisida, pupuk anorganik, dan debu abu vulkanik. Pada akhirnya menurut saya tetap pertanian paling unggul adalah pertanian organik yang dilestarikan lewat kearifan lokal petani zaman dahulu. Setelah itu, salah satu peserta diskusi menanyakan tentang bagaimana proses terjadinya pohon-pohon yang menggugurkan daunnya. Saya rasa ini adalah pertanyaan yang klise dan sangat membosankan, memuat jawaban yang juga terlalu kaku dan teoritis. Lanjut saja, kemudian salah satu menambahkan pertanyaan yang yaaaaah -ga penting, dan menampakkan bahwa sebagai generasi muda ia sadar tapi hanya menanyakan bagaimana solusinya menurutmu- bagaimana jika kota Batu semakin panas apakah apel tidak akan tumbuh lagi. Saya kira  penanya sudah tahu jawabannya, dan pertanyaan ini seolah menyalahkan keadaan dan menanyakan sebuah solusi tanpa dirinya sendiri tidak ingin terlibat, dan seakan kedaan ini ia tidak ikut andil dalam pengrusakannya. Maaf, saya sedikit sensitif jika mengenai pertanyaan seperti ini, dalam forum cukup saya muakkan saja sendiri.


Kelompok 4
Lingkungan Biotik dan Abiotik
Atmosfer dan Air

Ketidaktepatan mengenai pengertian yang terlalu general terulang kembali pada kelompok ini. Entah saya yang menganggap itu tidak tepat atau memang literatur kebanyakan memuat pengertian mengenai unsur abiotik yang semuanya 'penting untuk mahluk hidup.

Pada sesi tanya jawab salah satu peserta diskusi menanyakan bagaimana tumbuhan tingkat rendah menyerap air jika tidak punya akar. Hah. Dalam mata kuliah pada semester tiga telah disampaikan melalui kuliah di kelas maupun praktikum bahwasanya tumbuhan tingkat rendah kita ambil saja contohnya lumut, lumut menyerap air dengan menggukan rizoid yang mirip seperti akar namun tidak terlalu sempurna. 

-----Saat itu, saya mulai merasa jengah dengan diskusi yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang hanya sekadarnya ditanyakan------

yeah ok  what next.

Salah satu peserta  diskusi kemudian menanyakan bagaimana terjadinya angin siang dan malam.

----goldak bruak, saya bosaaaaaan----
*sejenak out of  the forum

Setelah itu salah satu peserta diskusi menanyakan bagaimana proses terjadinya hujan asam. Saya tertarik dengan pertanyaan ini. Proses terjadinya hujan asam sama halnya dengan hujan biasa namun butir air menjadi lebih asam dan bersifat korosif karena pada saat jatuh butir-butir air bercampur dengan banyak asap industri. Hujan asam dapat dijadikan indikator pemanasan global yang semakin parah karena dengan adanya hujan asam berarti banyak juga industri yang berdiri sehingga gas-gas rumah kaca semakin banyak bertumpuk di ozon dan akhirnya terjadilah pemanasan global. Kemudian salah satu peserta diskusi menanyakan apakah bisa udara panas dan dingin bersatu dan penanya beranggapan itu sangat sulit. Saya menanggapi. Ya sangat mungkin percampuran udara panas dan dingin terjadi karena walaupun udara panas dan dingin berbeda dari segi suhu tetapi keduanya masih mempunyai komposisi yang sama, keduanya bisa bersatu dan akhirnya menjado homogen dengan suhu yang sedang, namun hal tersebut tidak dapat terjadi jika udara panas dan dingin memiliki suhu yang sangat ekstrim yaitu sngat panas atau sangat dingin, jika udara yang sangat panas dan sangat dingin bertemu ini akanmenyebabkan turbulensi udara dan apabila turbulunsi terjadi di laut akan menyebabkan ombak besar sedangkan jika terjadi di daratan akan menyebabkan angin topan. Turbulensi juga sering terjadi karena pemanasan global karena pemanasan global membuat suhu yang tidak menentu di setiap daerah. Pemanasan global telah membuat suhu ekstrim di suatu daerah sering bertemu dan akhirnya menjadi topan atau angin puting beliung. Kemudian salah satu peserta diskusi menanyakan bagaimana jika pada masa pemanasan global lebih banyak dibangun rumah kaca sehingga akan membuat efek rumah kaca lebih parah, melihat banyaknya gedung yang terbuat dari kaca di kota-kota. Pertanyaannya apakah penanaman pohon di sekitar gedung-gedung kaca akan mengurangi efek rumah kaca yang terjadi.

----SHOCK!! saya pura-pura mati saja---

Diskusi berakhir.


NB :
Maaf jika dalam diskusi kali ini saya lebih sering merasa bosan, menganggap beberapa pertanyaan tidak penting. Maaf. Seharusnya tidak begini, kita sama-sama belajar, beruntung telah tahu, berbagi untuk yang belum tahu, begini kan seharusnya. Maaf. Takkan terulang lagi. Maaf



Presentasi Pertama Ekologi Tumbuhan

Published by Martina Kurniarum under on 07.15
Kelompok 1
PENGERTIAN DASAR DALAM EKOLOGI TUMBUHAN




Pertama-tama pemateri memaparkan materinya dengan slide. Pada saat sesi tanya jawab saya mengajukan pertanyaan perihal "Apabila salah satu manfaat ilmu Ekologi Tumbuahan di bidang kehutanan adalah pelestarian atau pemyelamatan hutan, salah satunya adalah dengan mengelola hutan secara berkelanjutan, bagaimanakah menurut anda cara ideal untuk melakukan pengelolaan hutan secara berkelanjutan di tengah-tengah lebih besarnya kerusakan hutan dari pada pelestarianny? terima kasih" . Pertanyaan saya  kemudian di susul dengan pertanyaan teman saya yang kira-kira berbunyi seperti ini "Seperti yang pemateri sampaikan pada slide, apakah yang dimaksud perbedaan sinekologi dan autekologi yang bersifat induktif dan deduktif juga secara eksperimental dan filosofis?". Kemudian disusul pertanyaan dari teman saya kembali dengan pertanyaan yang kira-kira seperti ini "Jika kita harus mengurangi pestisida untuk mengurangi efek buruk pada lingkungan lantas apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi gulma dan hama pada pertanian?"

Kemudian pertanyaa saya di jawab oleh salah satu pemateri dengan beberapa penjelasan, pemateri menjelaskan bahwa untuk  mencapai pengelolaan hutan yang berkelanjutan adalah dengan meletakkan aparat-aparat hukum seperti polisi hutan di kawasan hutan, dengan reboisasi, dan pemetaan seperti suatu kawasan zona inti dalam Taman Nasional dikelilingi oleh hutan produksi sehingga penduduk sekitar tidak dapat merusak hutan zona inti karena ada sumber daya penyangga yaitu hutan produksi. Salah satu pemateri juga beranggapan bahwa masalah lahan berpindah di kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau juga dapat diselesaikan dengan masalah itu -saya tidak bertanya untuk masalah yang satu ini kepada pemateri, tetapi karena saya pernah menceritakannya maka dia menjelaskan dan menyangkutkan dengan hal tersebut-. Kemudian saya menyanggah, kita bayangkan kan saja apakah jumlah aparat dengan luas hutan yang ada di Indonesia itu sebanding? tentu saja tidak. Apakah para pengusaha pertanian besar ataupun illegal logger  itu akan mau melakukan reboisasi setelah mereka membabat habis hutan? tentu saja tidak. Kemudian salah satu teman saya menambahkan jawaban yang disampaikan oleh materi, dia berkata "Kita kan bisa tebang pilih". Saya menyanggah lagi, "Apakah di zaman sekarang ini masih ada tebang pilih? tentu saja langka". Selanjutanya saya menyanggah konsep pemetaan hutan yang disampaikan oleh salah satu pemateri, "saya rasa pemetaan itu hanya dapat diterapkan di wilayah Taman Nasional, lantas bagaimana dengan kawasan hutan yang lain?", pemateri masih bersikukuh dengan konsep pemetaan, dia menyampaikan bahwa di Taman Nasional Gunung Semeru diterapkan hal itu. tetapi "time is up" -moderator memberi aba-aba untuk membahas pertanyaan selanjutnya-. Dalam hati saya masih berkata seperti ini "katanya tadi mau ngasih solusi mengenai lahan berpindah di tempat saya -kalimantan tengah- lha og disama-in sama TN Gunung Semeru, ya ga nyambung lah. Aneh! malah bertanya kembali kepada saya begini "apakah anda bersedia jika ditempatkan di daerah terpencil tengah hutan untuk melestarikan hutan?" -saya merasakan ada nada tidak enak pada pertanyaan ini dan seakan saya tidak akan sanggup menjawab "iya"-. Anda salah besar.

Pembahasan selanjutnya adalah mengenai pestisida. Saya hanya mengingat ketika itu salah satu teman bertanya mengenai cara pengurangan penggunaan pestisida, kemudian salah satu pemateri malah menyarankan penggunaan pestisida karena saya mendengar pernyataan pemateri yang berbeda dengan materi yang disampaikan, saya mengetahui hal tersebut melalui sanggahan dari teman operator laptop. Bagaimana ini?. Saya menambahkan jawaban yang disampaikan pemateri dengan kelak kita dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mata kuliah Ekologi Tumbuhan mengenai Allelopati, saya membayangkan salah satu dari kami ada yang menjadi ilmuwan masa depan dan dapat menemukan pestisida alami dari senyawa alelopati. Kemudian teman sebangku saya balik bertanya kepada saya yang akhirnya para peserta diskusi bersorak "wooo kok kayak bikin forum sendiri.....". Dia bertanya seperti ini " jika itu adalah solusi yang anda tawarkan untuk masa depan apakah anda memiliki gambaran apakah rencana yang dapat dilakukan di masa ini untuk permasalahan pestisida?", terus terang saya kaget dengan pertanyaan itu. Saya menjawab rencana yang bisa dilakukan tetapi tidak dapat diterapkan yaitu dengan membentuk lingkungan yang seimbang seperti menciptakan hutan sehingga lingkungan mikro gulma dan hama teralihkan pada sumber daya yang dimiliki hutan tersebut, saya mengerti ini buakn rencana yang begitu rasional, sehingga saya hanya berharap jawaban yang saya kemukakan sebelumnya dapat terwujud.

Kelompok 2
TUMBUHAN DALAM LINGKUNGAN


Tidak seperti presentasi pertama, untuk presentasi kedua ini saya lebih tertarik dengan tampilan slide yang disampaikan penyaji dibandingakan dengan bertanya maupun menyanggah penjelasan ataupun pertanyaan.Mungkin saja karena materi yang dibahas tidak menyangkut keberlangsungan hutan lagi, hehehe.

Di salah satu slide yang disajikan saya mendapati ketidakharmonisan antara materi dengan gambar yang bersebelahan. Di slide pemateri menyampaikan mengenai lingkungan makro dan mikro tetapi gambar keduanya sama-sama hutan. Firasat saya nanti pasti akan terjadi sesuatu mengenai materi tersebut, hehe. Ternyata firasat aya benar, di sesi tanya jawab ada peserta diskusi yang masih bingung perbedaan antara lingkungan makro dan lingkungan mikro. Penyaji menjelaskan ulang mengenai lingkungan makro yang berpengaruh terhadap keseluruhan suatu kelompok tumbuhan sedangkan lingkungan mikro hanya mempengaruhi kedaan organ tubuh dari suatu tumbuhan dengan menunjuk pada permukaan dahan yang menerima cahaya matahari untuk melakuan fotosintesis. Banyak tambahan yang kemudian disampaikan oleh teman-teman, saya hanya menambahkan satu point singkat bahwa pada lingkungan makro dan mikro terdapat perbedaan pada subjeknya saja, jika lingkungan makro itu mempengaruhi sebagian besar populasi tumbuhan sedangkan lingkungan mikro mempengaruhi subjek suatu oragan tubuh tumbuhan saja. Saya merasa belum jelas dengan penjelasan relung ekologi karena, penjelasannya juga singkat dan hanya dibacakan saja.. Begitu pula dengan stress biotik, pada slide presenter penampilkan tulisan 'stress biotik' namun di bawahnya ditulis "teknik atau metode......".  Mengenai penjelasan tentang ababtasi saya dapat mengambil kesimpulan bahwa ababtasi adalah adaptasi yang dilakukan oleh populasi atau komunitas selama waktu yang lama. Mengenai ababtasi sebenarnya ssaya ingin menenyakan apakah ada kaitannya tentang ababtasi dengan evolusi.

Pada sesi tanya jawab, saya tertarik pada pertanyaan bagaimana adaptasi fisiologi dan tingkah laku tumbuhan, dari pertaanyaan tersebut saya baru menyadari bahwa suatu tumbuhan ataupun hewan mempunyai lebih dari satu macam adaptasi. Selanjutnya, pertanyaan mengenai hubungan faktor pembatas arus dengan tumbuhan, awalnya saya juga berpikir apakah jawabannya, lalu pikiran saya melayang kepada tumbuhan-tumbuhan tepi sungai dan tumbuhan-tumbuhan yang hidup jauh dari sungai. Kemudian, saya teringat pada tumbuhan nipah, rasau, dan bakau, ketiga tumbuhan itu dipengaruhi oleh kuat arus air. Tumbuhan tersebuat tahan terhadap arus air yang kuat, contohnya saja bakau yang mampu memecah ombak besar sehingga tidak terjadi abrasi pantai. Hal ini tentu saja yang membedakan bakau dari tumbuhan lain yang tiddak mampu berkaitan langsung dengan arus air yang besar. 


Sebuah Kasih Belum Lagi Pantas

Published by Martina Kurniarum under on 07.52


Mereka mengerti burung pipit yang terbang selalu ramai
Gembira berceloteh dalam murni kesendirian
Bukan karena taring yang mengoyak
Ia mengilhami setia serigala
Bukan karena burung besar kutub pandai berenang
Tapi yang ini mengajarinya sabar menunggu

Untuk kunang-kunang yang bersinar merona di pinggiran sungai
Untuk pohon-pohon tangguh yang merindukan pelukku
Untuk kawan primata yang selalu ada di tiap setapak
Untuk kamu yang hidup 500 tahun
Untukmu yang belum pernah kujumpai

Aku yakin pada kasihmu
Aku menangkap tatap setuju

Bingkiskan sebuah 'Amin'
Untuk indah yang terjadi kelak
Pedih juga milik elang yang masih ingin terbang
Perih juga milik buruk ulat yang inginkan kupu-kupu
Cukup seperti itu juga yang jadi milikki

Sebuah saja kasih belum lagi pantas





Pekan Peduli Orangutan, I wanna we care everytime

Published by Martina Kurniarum under on 08.14
Saya ingat beberapa tahun lalu ketika saya masih berada di bangku sekolah menggunakan pakaian putih abu-abu mengenal sebuah hari peringatan atau perayaan yang belum saya ketahui, Pekan Peduli Orangutan. Ya, sebut saja PPO, saya merindukan saat-saat berkumpul, berdiskusi, dan menyuarakan peduli Orangutan bersama teman-teman D'nava (The Nature Conservation), temen-temen PLH dari sekolah lain, dan tentu saja Kakak-kakak dari Yayasan Orangutan Indonesia. Di saat-saat seperti itu saya merasa betapa indahnya jika manusia peduli dengan alam dan fenomena yang terjadi di sekitarnya  -tidak hanya terhadap sesamanya saja, sesamanya saja belum tentu peduli-. Di zaman sekarang ini saya terkadang miris dan sering kali membentengi air mata yang hendak jatuh melihat manusia tidak lagi saling peduli. Manusia seolah tidak memanusiakan dirinya sendiri.

Sampai pada hari ini, entah berapa orangutan yang dibantai habis habisan oleh manusia-manusia yang keji. Saya menyadari bahwasannya manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan untuk mencukupi k\ehidupannya. Tetapi pernahkah kita bertanya sampai batas 'cukup' manakah manusia berhenti mencukupi? Apakah kita sadar bahwa dalam mencukupi suatu kebutuhan, kita juga berbatasan dengan kecukupan makhluk hidu lain (baca: binatang dan tumbuhan)?

Orang-orang di masa yang serba canggih seperti sekarang ini, saya rasakan lebih banyak pelupa jika tidak diingatkan. Banyak yang lupa jika mereka hidup di atas bumi, banyak yang lupa mereka punya generasi, banyak yang lupa mereka hidup saling berdampingan, dan ke-lupa-an yang lebih berbahaya lainnya. Mereka semakin cerdas oleh tekhnologi tetapi tidak semakin peduli sama sekali. Pernah terbersit di pikiran saya, sebuah pertanyaan yang mungkin konyol, apakah perlu kita 'Pekan'-kan semua hari dengan berbagai macam peduli seperti Pekan Peduli Penyu, Pekan Peduli Komodo, Pekan Peduli Lumba-lumba dan pekan peduli yang lain-lain? Adanya Pekan Peduli itu adalah suatu inisiatif yang bagus sekali, tetapi pangkal dari suatu keharusan adalah kita peduli tidak hanya pada saat pekan peduli. Kita harus memiliki kepedulian sepanjang waktu. Bukankah manusia memiliki hati untuk peduli? masa hatinya di-'anggur-in?

Aku merasakan manusia-manusia berhati
sehingga aku berkawan 

Menemukan pula yang pura-pura tak memiliki
Aku jadi saksi, aku seorang lawan

Kutarik kamu-kamu meresapi sisa puing kesejukan
Kuvjabat kau membangunya kembali
Ku ajak kau merentangnya
Menyembuhkan bumi 
Dari sekaratnya
 hingga ia 
kembali
benar-benar hidup






Seberapa besar kita peduli? Seberapa sering kita berbuat?


Salam Berbagi, Salam Peduli ^^

SALAM KONSERVASI !

Cinta Tunawicara

Published by Martina Kurniarum under on 07.00






Belum juga mengerti
Pesona matari jingga  bersedia berkelabu
Bintang yang bersembunyi seindahnya akan tetap abu-abu
Hanya rembulan yang sedikit menghitam muda
Bersalah kepemilikan jiwa-jiwa yang sadar
Membisu adalah jiwa-jiwa yang mengerati kata
Jika sampai juga masa pembantaian
Acuhkan ia takkan mampu teriak
Pembekapan itu selalu tangguh
Bersikuat seperti batu apung
Utuh tapi terombang-ambing
Hujan kukirim surat rinduku padamu
Ajakan menemani disini
Saat rasa berklamufase tiada
Menarikan tarian kosong
Tergelakkan untuk terenggut kembali
Kejelasan diperdosakan saat ini
Cinta tunawicara


souljah - Tak Selalu.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - souljah - Tak Selalu.mp3

Published by Martina Kurniarum under on 12.53
souljah - Tak Selalu.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - <a href="http://www.4shared.com/audio/WV2QYPvA/souljah_-_Tak_Selalu.html" target="_blank">souljah - Tak Selalu.mp3</a>

Ajaklah Topeng Sekedar Minum Kopi

Published by Martina Kurniarum under on 07.14
Hembus malam tahu dalam bisu
Ku minta ia kantongi selotip
Hingga tadi akan begitu rapi
Tertata dalam keberantakannya
Sampai kau meraup segumpal keburukan
Aku tak pernah lebih baik dari itu

Tak berharap mengerti sebuah rasa menguliti hati

Mulai meracik topeng
Dari malam perih mendalam
Hingga pagi pedih tak pergi

Menghentak dan berlagak sok hebat
Tiada yang tahu jika garis telah ditancap

Ajaklah topeng sekedar minum kopi





KONSERVASI ATAU PEMUSNAHAN SATWA LANGKA?

Published by Martina Kurniarum under on 01.53


Sinekologi yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organism yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam dalam daerah tertentu.

Outekologi yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organism atau organism secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya.
sumber : http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/177/1175862815.pdf
Isi artikel dalam link post ini menggambarkan salah satu contoh Sinekologi, dimana beberapa spesies satwa langka seperti Komodo dan Harimau Sumatera telah menjadi korban atas pemaksaan adaptasi dengan lingkungan kebun binatang. Dalam hal ini  sinekologi yang tercipta adalah sinekologi yang buruk karena satwa langka dipaksa beradaptasi dengan ligkungan yang asing dan sempit. Artikel di atas menjelaskan kesalahan dari sistem penangkaran atau konservasi secara ex situ yang salah pada kebun binatang di Indonesia. Satwa pada hakikatnya memerlukan habitat mencukupi kebutuhan makanannya dan dapat ditempati dengan leluasa. Namun, kebun binatang justru menawarkan sebaliknya yaitu ketersediann pangan yang tidak mencukupi dan tidak sesuai serta habitat yang sempit dan tidak sesuai pula. Penangkaran satwa yang bertujuan sebagai tempat mempercepat perkembangbiakan satwa dan konservasi yang bertujuan untuk melestarikan satwa seharusnya diterapkan secara in-situ agar satwa tersebut dapat dengan leluasa melakukan aktivitasnya.

Menanti kelam terlelap

Published by Martina Kurniarum under on 23.28
Terselip di tumpukan kertas berserak
Katup-katup memanggil rindu mimpi
Ada senyum seharusnya pengantar
Manis tertahan yang enggan kemari
Pergi sendirinya tak bersalam
Senyap mendekap diam sunyi menikam

Menanti disini
Kelam begitu samar
Seakan tak berdiri disampingku

Kelam apa dimana
Menanti kelam terlelap

Selanjutnya terlelap dalam kelam



created by : Martina Kurniarum
10:27 PM, 27 September 2011