Sunrays

Blogger Template by ThemeLib.com

Presentasi Pertama Ekologi Tumbuhan

Published by Martina Kurniarum under on 07.15
Kelompok 1
PENGERTIAN DASAR DALAM EKOLOGI TUMBUHAN




Pertama-tama pemateri memaparkan materinya dengan slide. Pada saat sesi tanya jawab saya mengajukan pertanyaan perihal "Apabila salah satu manfaat ilmu Ekologi Tumbuahan di bidang kehutanan adalah pelestarian atau pemyelamatan hutan, salah satunya adalah dengan mengelola hutan secara berkelanjutan, bagaimanakah menurut anda cara ideal untuk melakukan pengelolaan hutan secara berkelanjutan di tengah-tengah lebih besarnya kerusakan hutan dari pada pelestarianny? terima kasih" . Pertanyaan saya  kemudian di susul dengan pertanyaan teman saya yang kira-kira berbunyi seperti ini "Seperti yang pemateri sampaikan pada slide, apakah yang dimaksud perbedaan sinekologi dan autekologi yang bersifat induktif dan deduktif juga secara eksperimental dan filosofis?". Kemudian disusul pertanyaan dari teman saya kembali dengan pertanyaan yang kira-kira seperti ini "Jika kita harus mengurangi pestisida untuk mengurangi efek buruk pada lingkungan lantas apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi gulma dan hama pada pertanian?"

Kemudian pertanyaa saya di jawab oleh salah satu pemateri dengan beberapa penjelasan, pemateri menjelaskan bahwa untuk  mencapai pengelolaan hutan yang berkelanjutan adalah dengan meletakkan aparat-aparat hukum seperti polisi hutan di kawasan hutan, dengan reboisasi, dan pemetaan seperti suatu kawasan zona inti dalam Taman Nasional dikelilingi oleh hutan produksi sehingga penduduk sekitar tidak dapat merusak hutan zona inti karena ada sumber daya penyangga yaitu hutan produksi. Salah satu pemateri juga beranggapan bahwa masalah lahan berpindah di kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau juga dapat diselesaikan dengan masalah itu -saya tidak bertanya untuk masalah yang satu ini kepada pemateri, tetapi karena saya pernah menceritakannya maka dia menjelaskan dan menyangkutkan dengan hal tersebut-. Kemudian saya menyanggah, kita bayangkan kan saja apakah jumlah aparat dengan luas hutan yang ada di Indonesia itu sebanding? tentu saja tidak. Apakah para pengusaha pertanian besar ataupun illegal logger  itu akan mau melakukan reboisasi setelah mereka membabat habis hutan? tentu saja tidak. Kemudian salah satu teman saya menambahkan jawaban yang disampaikan oleh materi, dia berkata "Kita kan bisa tebang pilih". Saya menyanggah lagi, "Apakah di zaman sekarang ini masih ada tebang pilih? tentu saja langka". Selanjutanya saya menyanggah konsep pemetaan hutan yang disampaikan oleh salah satu pemateri, "saya rasa pemetaan itu hanya dapat diterapkan di wilayah Taman Nasional, lantas bagaimana dengan kawasan hutan yang lain?", pemateri masih bersikukuh dengan konsep pemetaan, dia menyampaikan bahwa di Taman Nasional Gunung Semeru diterapkan hal itu. tetapi "time is up" -moderator memberi aba-aba untuk membahas pertanyaan selanjutnya-. Dalam hati saya masih berkata seperti ini "katanya tadi mau ngasih solusi mengenai lahan berpindah di tempat saya -kalimantan tengah- lha og disama-in sama TN Gunung Semeru, ya ga nyambung lah. Aneh! malah bertanya kembali kepada saya begini "apakah anda bersedia jika ditempatkan di daerah terpencil tengah hutan untuk melestarikan hutan?" -saya merasakan ada nada tidak enak pada pertanyaan ini dan seakan saya tidak akan sanggup menjawab "iya"-. Anda salah besar.

Pembahasan selanjutnya adalah mengenai pestisida. Saya hanya mengingat ketika itu salah satu teman bertanya mengenai cara pengurangan penggunaan pestisida, kemudian salah satu pemateri malah menyarankan penggunaan pestisida karena saya mendengar pernyataan pemateri yang berbeda dengan materi yang disampaikan, saya mengetahui hal tersebut melalui sanggahan dari teman operator laptop. Bagaimana ini?. Saya menambahkan jawaban yang disampaikan pemateri dengan kelak kita dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mata kuliah Ekologi Tumbuhan mengenai Allelopati, saya membayangkan salah satu dari kami ada yang menjadi ilmuwan masa depan dan dapat menemukan pestisida alami dari senyawa alelopati. Kemudian teman sebangku saya balik bertanya kepada saya yang akhirnya para peserta diskusi bersorak "wooo kok kayak bikin forum sendiri.....". Dia bertanya seperti ini " jika itu adalah solusi yang anda tawarkan untuk masa depan apakah anda memiliki gambaran apakah rencana yang dapat dilakukan di masa ini untuk permasalahan pestisida?", terus terang saya kaget dengan pertanyaan itu. Saya menjawab rencana yang bisa dilakukan tetapi tidak dapat diterapkan yaitu dengan membentuk lingkungan yang seimbang seperti menciptakan hutan sehingga lingkungan mikro gulma dan hama teralihkan pada sumber daya yang dimiliki hutan tersebut, saya mengerti ini buakn rencana yang begitu rasional, sehingga saya hanya berharap jawaban yang saya kemukakan sebelumnya dapat terwujud.

Kelompok 2
TUMBUHAN DALAM LINGKUNGAN


Tidak seperti presentasi pertama, untuk presentasi kedua ini saya lebih tertarik dengan tampilan slide yang disampaikan penyaji dibandingakan dengan bertanya maupun menyanggah penjelasan ataupun pertanyaan.Mungkin saja karena materi yang dibahas tidak menyangkut keberlangsungan hutan lagi, hehehe.

Di salah satu slide yang disajikan saya mendapati ketidakharmonisan antara materi dengan gambar yang bersebelahan. Di slide pemateri menyampaikan mengenai lingkungan makro dan mikro tetapi gambar keduanya sama-sama hutan. Firasat saya nanti pasti akan terjadi sesuatu mengenai materi tersebut, hehe. Ternyata firasat aya benar, di sesi tanya jawab ada peserta diskusi yang masih bingung perbedaan antara lingkungan makro dan lingkungan mikro. Penyaji menjelaskan ulang mengenai lingkungan makro yang berpengaruh terhadap keseluruhan suatu kelompok tumbuhan sedangkan lingkungan mikro hanya mempengaruhi kedaan organ tubuh dari suatu tumbuhan dengan menunjuk pada permukaan dahan yang menerima cahaya matahari untuk melakuan fotosintesis. Banyak tambahan yang kemudian disampaikan oleh teman-teman, saya hanya menambahkan satu point singkat bahwa pada lingkungan makro dan mikro terdapat perbedaan pada subjeknya saja, jika lingkungan makro itu mempengaruhi sebagian besar populasi tumbuhan sedangkan lingkungan mikro mempengaruhi subjek suatu oragan tubuh tumbuhan saja. Saya merasa belum jelas dengan penjelasan relung ekologi karena, penjelasannya juga singkat dan hanya dibacakan saja.. Begitu pula dengan stress biotik, pada slide presenter penampilkan tulisan 'stress biotik' namun di bawahnya ditulis "teknik atau metode......".  Mengenai penjelasan tentang ababtasi saya dapat mengambil kesimpulan bahwa ababtasi adalah adaptasi yang dilakukan oleh populasi atau komunitas selama waktu yang lama. Mengenai ababtasi sebenarnya ssaya ingin menenyakan apakah ada kaitannya tentang ababtasi dengan evolusi.

Pada sesi tanya jawab, saya tertarik pada pertanyaan bagaimana adaptasi fisiologi dan tingkah laku tumbuhan, dari pertaanyaan tersebut saya baru menyadari bahwa suatu tumbuhan ataupun hewan mempunyai lebih dari satu macam adaptasi. Selanjutnya, pertanyaan mengenai hubungan faktor pembatas arus dengan tumbuhan, awalnya saya juga berpikir apakah jawabannya, lalu pikiran saya melayang kepada tumbuhan-tumbuhan tepi sungai dan tumbuhan-tumbuhan yang hidup jauh dari sungai. Kemudian, saya teringat pada tumbuhan nipah, rasau, dan bakau, ketiga tumbuhan itu dipengaruhi oleh kuat arus air. Tumbuhan tersebuat tahan terhadap arus air yang kuat, contohnya saja bakau yang mampu memecah ombak besar sehingga tidak terjadi abrasi pantai. Hal ini tentu saja yang membedakan bakau dari tumbuhan lain yang tiddak mampu berkaitan langsung dengan arus air yang besar. 


Sebuah Kasih Belum Lagi Pantas

Published by Martina Kurniarum under on 07.52


Mereka mengerti burung pipit yang terbang selalu ramai
Gembira berceloteh dalam murni kesendirian
Bukan karena taring yang mengoyak
Ia mengilhami setia serigala
Bukan karena burung besar kutub pandai berenang
Tapi yang ini mengajarinya sabar menunggu

Untuk kunang-kunang yang bersinar merona di pinggiran sungai
Untuk pohon-pohon tangguh yang merindukan pelukku
Untuk kawan primata yang selalu ada di tiap setapak
Untuk kamu yang hidup 500 tahun
Untukmu yang belum pernah kujumpai

Aku yakin pada kasihmu
Aku menangkap tatap setuju

Bingkiskan sebuah 'Amin'
Untuk indah yang terjadi kelak
Pedih juga milik elang yang masih ingin terbang
Perih juga milik buruk ulat yang inginkan kupu-kupu
Cukup seperti itu juga yang jadi milikki

Sebuah saja kasih belum lagi pantas





Pekan Peduli Orangutan, I wanna we care everytime

Published by Martina Kurniarum under on 08.14
Saya ingat beberapa tahun lalu ketika saya masih berada di bangku sekolah menggunakan pakaian putih abu-abu mengenal sebuah hari peringatan atau perayaan yang belum saya ketahui, Pekan Peduli Orangutan. Ya, sebut saja PPO, saya merindukan saat-saat berkumpul, berdiskusi, dan menyuarakan peduli Orangutan bersama teman-teman D'nava (The Nature Conservation), temen-temen PLH dari sekolah lain, dan tentu saja Kakak-kakak dari Yayasan Orangutan Indonesia. Di saat-saat seperti itu saya merasa betapa indahnya jika manusia peduli dengan alam dan fenomena yang terjadi di sekitarnya  -tidak hanya terhadap sesamanya saja, sesamanya saja belum tentu peduli-. Di zaman sekarang ini saya terkadang miris dan sering kali membentengi air mata yang hendak jatuh melihat manusia tidak lagi saling peduli. Manusia seolah tidak memanusiakan dirinya sendiri.

Sampai pada hari ini, entah berapa orangutan yang dibantai habis habisan oleh manusia-manusia yang keji. Saya menyadari bahwasannya manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan untuk mencukupi k\ehidupannya. Tetapi pernahkah kita bertanya sampai batas 'cukup' manakah manusia berhenti mencukupi? Apakah kita sadar bahwa dalam mencukupi suatu kebutuhan, kita juga berbatasan dengan kecukupan makhluk hidu lain (baca: binatang dan tumbuhan)?

Orang-orang di masa yang serba canggih seperti sekarang ini, saya rasakan lebih banyak pelupa jika tidak diingatkan. Banyak yang lupa jika mereka hidup di atas bumi, banyak yang lupa mereka punya generasi, banyak yang lupa mereka hidup saling berdampingan, dan ke-lupa-an yang lebih berbahaya lainnya. Mereka semakin cerdas oleh tekhnologi tetapi tidak semakin peduli sama sekali. Pernah terbersit di pikiran saya, sebuah pertanyaan yang mungkin konyol, apakah perlu kita 'Pekan'-kan semua hari dengan berbagai macam peduli seperti Pekan Peduli Penyu, Pekan Peduli Komodo, Pekan Peduli Lumba-lumba dan pekan peduli yang lain-lain? Adanya Pekan Peduli itu adalah suatu inisiatif yang bagus sekali, tetapi pangkal dari suatu keharusan adalah kita peduli tidak hanya pada saat pekan peduli. Kita harus memiliki kepedulian sepanjang waktu. Bukankah manusia memiliki hati untuk peduli? masa hatinya di-'anggur-in?

Aku merasakan manusia-manusia berhati
sehingga aku berkawan 

Menemukan pula yang pura-pura tak memiliki
Aku jadi saksi, aku seorang lawan

Kutarik kamu-kamu meresapi sisa puing kesejukan
Kuvjabat kau membangunya kembali
Ku ajak kau merentangnya
Menyembuhkan bumi 
Dari sekaratnya
 hingga ia 
kembali
benar-benar hidup






Seberapa besar kita peduli? Seberapa sering kita berbuat?


Salam Berbagi, Salam Peduli ^^

SALAM KONSERVASI !

Cinta Tunawicara

Published by Martina Kurniarum under on 07.00






Belum juga mengerti
Pesona matari jingga  bersedia berkelabu
Bintang yang bersembunyi seindahnya akan tetap abu-abu
Hanya rembulan yang sedikit menghitam muda
Bersalah kepemilikan jiwa-jiwa yang sadar
Membisu adalah jiwa-jiwa yang mengerati kata
Jika sampai juga masa pembantaian
Acuhkan ia takkan mampu teriak
Pembekapan itu selalu tangguh
Bersikuat seperti batu apung
Utuh tapi terombang-ambing
Hujan kukirim surat rinduku padamu
Ajakan menemani disini
Saat rasa berklamufase tiada
Menarikan tarian kosong
Tergelakkan untuk terenggut kembali
Kejelasan diperdosakan saat ini
Cinta tunawicara