Sunrays

Blogger Template by ThemeLib.com

TUNGGUL WULUNG dan SERULING SEKTI

Published by Martina Kurniarum under on 10.10
Minggu, 11 Desember 2011


Pagi ini adalah hari minggu, dimana biasanya orang-orang melakukan kegiatan gembira karena minggu merupakan akhir pekan. Tetapi ini entah ke berapa kali-nya saya mengabiskan hari minggu dengan berbagai macam kegiatan, termasuk hari sabtu. Saya sengaja dan juga memang disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang ada, karena kegiatan ini saya gunakan untuk berburu pengalaman, berbagi, mencari kawan baru, dan menyingkirkan sepi. 

Sehari sebelum hari ini, saya melihat suatu pesta rakyat semacam pesta desa yang dilakukan setelah bersih desa bersama-sama dan menanam pohon di pertigaan dekat STIKES Maharani, saya tidak mengenali nama jalan tersebut atau anggap saja saya belum pernah tahu. Biasanya di jalan tersebut saya  dan Mas saya tersayang, gemar kuliner jajan tradisional berupa 'pukis licek' (licek:kecil, bahasa kebalikan Malang). Selama kurang lebih 2 semester saya berulang kali melewati jalan tersebut dan saya mulai sadar bahwa desa yang saya lewati ternyata desa yang luar biasa. Ya, Kelurahan Tunggu Wulung. Beberapa minggu sebelum hari ini, warga desa kelurahan Tunggul Wulung melakukan bersih desa dan menanam pohon (turut serta dalam program nasional 'Menanam Satu Milyar Pohon'). Saya sangat ingin berpartisipasi dalam kegiatan tersebut tetapi malu karena tidak ada yang saya kenal. Dalam pikiran dan hati saya, warga desa Tunggul Wulung adalah warga yang kompak dalam bergotong royong, ya seperti cerita gotong royong di dalam buku PPKN saya sewaktu SD. Kekaguman masih berlanjut.

Hari ini pukul 8 pagi saya telah sampai di Konservasi Kampung Jawa, Kampus III, Universitas Muhammadiyah Malang untuk mendampingi wisata kampus. Ternyata wisata kampus pada hari itu dibatalkan oleh sesuatu alasan. Akhirnya saya dan beberapa teman saya menghabiskan waktu dengan mendengarkan lagu-lagu campursari nyanyian Didi Kempot, pagi yang indah, sejuk, dan damai. Tidak lama setelah itu, kami mendapat kunjungan dari Ibu rektor dan dua anaknya. Ibu rektor baru saja selesai menemani anak-anaknya latihan sepakbola di lapangan sepakbola UMM yang terletak di depan Arboretum. Saya dan part time PSLK (Pusat Studi Lingkungan Hidup dan Kependudukan) sekaligus anggota TEB (Tim Ekspedisi Biokonservasi) yang akrab saya panggil Mas Bee akhirnya mendampingi Ibu rektor beserta kedua anaknya untuk berkeliling Konservasi Kampung Jawa. Kami berjalan menuju rumah tradisional Jawa, Rumah Pohon, memberi makan ayam mutiara, kijang, burung merak, dan burung dara. Kemudian kami memanen selada organik dari Green House tradisional Jawa. Hal yang paling lucu terjadi ketika anak dari ibu rektor yang bernama Seno mendapat 3 ekor ikan dari hasil  memancing yang rencananya akan ditempatkan di aquarium sedangkan  Zidane tidak mau memancing karena ia takut cacing, mengapa ia takut cacing? haha ternyata karena katanya cacing tidak mempunyai mata sehingga menjijikan. Ada-ada saja.




Jam 11 saya meninggallkan Arboretum Konservasi Kampung Jawa menuju lapangan futsal dekat Rusunawa dengan berjalan kaki sendirian untuk mengambil beberapa gambar guna dokumentasi Kajur Cup HIMABIO UMM. Saya menjabat koordinator seksi jeprat-jepret, jadi ya begini bolak balik. Lumayan seru lah. Setelah pukul 12 siang kurang 15 menit saya melaju ke Stadion Bulutangkis Indoor Mahkota Wulung, Kelurahan Tunggul Wulung. Saya menjadi delegasi dalam mengikuti lomba bulutangkis sekaligus tukang jeprat-jepret plus tukang sapu stadion juga. Sebelum tanding dan sesudah bertanding saya mengambil beberapa gambar. Suasana di dalam stadion semakin siang, semakin banyak orang,  semakin sumpek pula. badan saya terasa lelah dan kepala saya sedikit pusing. Saya memerlukan suatu escaping untuk beberapa saat. Lagipula tanggungjawab telah selesai.


Gema dan ramainya pesta rakyat di belakang panggung menggelitik saya untuk melihat sedari saya datang ke stadion. Suara ramai itu berasal dari lapangan luas di belakang stadion. Kemudian saya keluar dan pergi ke lapangan dengan teman saya yang akrab saya panggil 'Ren'. Kami memang sering melakukan hal gila. Kami membeli 'es tong tong' dan kemudian mendekati kerumunan orang-orang. Kami penasaran dengan apa yang mereka lihat. Ternyata kerumunan tersebut bersumber pada Kesenian Kuda Lumping (Jaranan, Bahasa Jawa). Sudah sangat lama sekali saya tidak menonton pertunjukkan kuda lumping semenjak Taman Kanak-kanak ketika saya tinggal di Kencong, Jember, dan hari ini seperti sebuah nostalgia. Saya senang bukan kepalang. Kesenangan saya terhadap kuda lumping sejak kecil membuat saya dan juga teman saya menembus kerumunan dan duduk 'ngemper' bersama anak-anak kecil di depan, tempat paling top. Tanpa kami sadari kami belum melepas ID Card panitia Kajur Cup, kami malu kemudian melepasnya ketika ada seorang bapak berkata "loh mbak-mbaknya panitia kok disini". Suara gamelan dikombinasikan dengan sedikit musik dangdut dan merdunya suara sinden membuat lengkap harmonis pertunjukan Kuda Lumping. Nama sanggar seni Kuda Lumping tersebut adalah "SERULING SEKTI". Nama yang bagus, kata 'Sekti' sengaja ditulis dengan ejaan jawa bukan 'sakti' seperti sesuai EYD, menurut saya penulisan itu terbaca lebih eksotis -hehehe, lebay-. Kami mengikuti pertunjukkan hingga akhir. Semua rasa lelah terbayar lebih dengan melihat pertunjukkan kuda lumping. Pertunjukan usai kira-kira pukul setengah lima sore tetapi masih menyisakan beberapa orang yang kesurupan hingga kira-kira setengah enam sore. Kami berdua masih juga belum beranjak dari lapangan, kami masih duduk 'ngemper' di tengah orang-orang yang hillir mudik hendak pulang. Sesekali kami memandang lekat bendera merah putih yang berkibar gagah dan baleho besar bergambar Bapak Presiden sedang memegang cangkul hendak menanam bibit pohon dengan tulisan diatasnya "Menanam 1 Milyar Pohon" serta juga satu kalimat ampuh yang menggetarkan rasa nasionalisme di atas panggung yaitu "Ajining Negoro Soko Budoyo" (artinya : Hebatnya Negara Berasal dari Budayanya). Ketika kami sedang nyaman-nyamannya menikmati senja, seorang anak kecil laki-laki dengan umur kira-kira 3 tahun berambut hitam yang tak terlalu lebat menggunakan setelah celana jean panjang dan kemeja garis  abu-abu biru dengan tiba-tiba manja di pangkuanku sambil memperagakan gaya pemain Kuda Lumping sedang kalap dan juga menari lincah di depan kami dengan tangan yang ditekuk pada bagian pinggulnya dan kaki yang dihentak-hentakkan. Ibu dari adik tersebut hanya tersenyum manis kepada kami. Ia tak berhenti menari dan manja di pangkuan kami sampai ibunya mengajaknya pulang. Adik yang sangat lucu dan cerdas, bagaimana tidak ia hampir hapal semua gerakan tarian Kuda Lumping yang tadi dilakukan oleh punggawa Seruling Sekti. Barangkali dulu ketika aku masih seumur adik itu, aku juga melakukan hal yang sama. Senang sekali melihat dan merasakan budaya tradisional masih mempunyai the next generation seperti adik tersebut. Senja mulai mendekati malam, kami berdua melakukan obrolan-obrolan ringan mengenai tugas-tugas kampus hingga penampilan punggawa Seruling Sakti. Ketika mereka hilir mudik di depan kami, kami mengamati wajah mereka berbeda ketika di make-up dan tidak. Sesekali kami mengamati cara mereka bersusah payah menyembuhkan orang-orang yang kesurupan dan juga saat mereka kelelahan tetapi masih dapat bersenda gurau dengan teman-temannya. Di umur mereka yang mungkin tidak terpaut jauh dari kami, mereka masih meluangkan menjadi lakon pemain Kuda Lumping di sela waktu-waktu sekolah atau mungkin kerjanya, tidak merasa ketinggalan zaman atau bahkan bangga dengan apa yang mereka lakukan. Andai saja semua generasi muda Indonesia masih memiliki rasa cinta Indonesia yang begitu kuat seperti mereka pasti Indonesia bisa menjadi Negara Terdepan. Namun, kenyataannya generasi muda Indonesia masih terlalu mengagung-agungkan budaya barat dan yang lebih up-date lagi yaitu budaya Asia namun bukan Indonesia tetapi Korea.





INDONESIA itu MENARIK
INDONESIA itu PENUH PENGORBANAN
INDONESIA itu EKSOTIS
INDONESIA itu MAGIS
dan
INDONESIA itu MEMPESONA
(dedicated to SS)


Manurut saya, SERULING SEKTI itu lebih mboiz daripada SUJU.
-no reken protes-


INDONESIA SAMPE KETAM

0 komentar:

Posting Komentar